Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu diharapkan
orang tua dan pendidik dapat mengenali keunikan-keunikan tersebut dalam bentuk
kecerdasan. Dahulu kita mengenal Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan
oleh Alfred Binet, dimana IQ akan menentukan keberhasilan pendidikan anak.
Sedangkan, pada saat ini Gardner telah mengenalkan kita dengan kecerdasan
majemuk (multiple intelligences) Setiap anak memiliki semua kecerdasan yang
disebutkan oleh Gardner, dimana kecerdasan linguistik, logis-matematis,
kinestetik-jasmani, musikal, antarpribadi, interpribadi dan naturalis
diharapkan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki manusia. Setiap anak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan setiap kecerdasan yang mereka miliki
dengan bimbingan orang tua dan guru. Mereka juga dapat menunjukkan kemampuan
yang sesuai dengan kecerdasannya.
Seorang anak yang "bodoh" di dalam kelas, dimana selalu mendapat rangking terakhir bukanlah anak yang tidak cerdas.
Setiap anak, pasti memiliki
kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner. Mungkin anak yang tertinggal tersebut
tidak memiliki kecerdasan logis-matematis atau linguistik yang banyak
dimaksimalkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kemungkinan dia
memiliki kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal,
kecerdasan antarpribadi, kecerdasaran interpribadi atau kecerdasan naturalis. Seorang anak yang "bodoh" di dalam kelas, dimana selalu mendapat rangking terakhir bukanlah anak yang tidak cerdas.
Anak anda mungkin senang menulis cerpen, puisi atau juga memiliki prestasi tinggi dalam mata pelajaran menulis. Dari kecenderungannya ini, anak tersebut memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Tapi, jika anda pernah diberi pertanyaan oleh seorang anak seperti "mengapa langit biru" atau "dimana akhir alam semesta", maka anda perlu menyadari bahwa anak tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengikuti kecerdasan logis-matematisnya. Selain itu, seorang anak juga ada yang lebih senang menirukan gerakan orang lain dari pada menggambar. Jika dia senang bergerak menirukan orang lain maka ia memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani. Kemudian, anak yang lebih senang menggambar dan menonjol dalam mata pelajaran seni memiliki kecerdasan spasial.
Setiap anak juga memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar yang lebih senang diiringi musik biasanya memiliki kepekaan terhadap musik. Menurut Armstrong (2002: 31), anak tersebut memiliki kecerdasan musikal yang perlu diasah dengan memberikan aktivitas belajar melalui musik.
Salah satu cara untuk melihat kecerdasan apa yang dimiliki seorang anak, kita bisa memperhatikan mereka saat bermain. Sering kali ketika bermain, anak lebih senang sendiri atau bergabung dengan teman-temannya. Jika dia lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya atau bahkan belajar bersama-sama, anak tersebut memiliki kecerdasan antarpribadi. Selain itu, anak yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah teman sebayanya juga memiliki kecerdasan ini. Tetapi, jika anak anda lebih senang belajar dan beraktivitas sendiri, maka dia memiliki kecerdasan interpribadi. Biasanya anak tersebut memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.
Lingkungan alam di sekitar kita bisa dijadikan sebagai objek yang menarik bagi anak yang memiliki kecerdasan naturalis. Kecenderungan anak ini akrab dengan hewan peliharaannya atau tumbuhan yang dia rawat. Jangan heran, jika anak anda senang membawa pulang tumbuhan atau hewan untuk ditunjukkan kepada keluarganya.
Dari kedelapan kecerdasan tersebut, orang tua maupun pendidik perlu untuk menyadari adanya perbedaan kemampuan anak. Dari semua kecerdasan ini, anak dapat diarahkan sesuai dengan kecerdasan yang ia miliki. Sekolah, sebagai institusi yang mewadahi pendidikan perlu mempertimbangkan kecerdasan yang dimiliki anak supaya mereka dapat memperkuat kecerdasan yang mereka miliki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar